Inspiration

VIRUS KARUNIA

Dunia sedang dihebohkan dengan wabah virus korona yang awalnya muncul dari Wuhan, China. Badan Dunia urusan Kesehatan (WHO) melaporkan situasi terkini dengan total 43.103 kasus yang tersebar di 34 wilayah yang diantaranya 42.708 kasus dilaporkan dari China. Wabah virus korona ini sudah merenggut 1.017 jiwa yang sebagian besar dari China. Laporan global ini terkonfirmasi pada 11 Februari 2020 dari WHO.

WHO menamai virus ini novel coronavirus (2019-nCoV) yang kemudian secara resmi dinamai juga COVID-19 (Corona Virus Disease 2019). WHO menganggap virus ini sebagai musuh publik nomer 1 di dunia saat ini. Tidak berlebihan jika kondisi ini memancing kekhawatiran seluruh warga dunia, termasuk Indonesia.

Saya tidak sedang mengolok atau melucu tentang wabah virus korona yang sedang merebak. Banyak berseliweran informasi yang berkelindan dengan disinformasi, pemelintiran, berita bohong terkait penyebaran virus korona ini. Saya pribadi tidak suka ketika melihat meme-meme ‘lucu’ yang diviralkan melalui media sosial terkait virus korona ini. Musibah ini seolah bisa diperolok tanpa ada rasa empati sedikit pun dari khalayak warga net.

Virus ini rupanya mengundang orang-orang iseng untuk menyebarkan disinformasi dan berita bohong, alias hoax. Data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melaporkan per 12 Februari 2020 sudah ada 86 hoax yang beredar di internet, media sosial, jaringan WhatsApp, Facebook, Instagram.

Konten hoax pun beragam. Misalnya soal kurma yang harus bersih, bawang putih, sup kelelelawar, ponsel China, umat Muslim Uighur, dan isu-isu lain yang kadang membelokkan akal sehat hanya karena klaim ‘sok tahu’ dari para penyebar hoax. Maka tak heran jika Kominfo mengingatkan bahwa para penyebar hoax dan disinformasi bisa terancam hukuman paling lama 6 tahun dan denda maksimal Rp 1 miliar berdasarkan UU ITE 2016.

Alih-alih bersimpati pada wabah virus korona, yang terjadi malah penyebaran virus berita bohong dan disinformasi. Bahkan ada yang membawa-bawa nama Tuhan untuk menghakimi orang China karena dianggap mendzolimi kaum minoritas. Virus kebencian, penghakiman, merasa benar sendiri, virus mabuk agama, rasis, diskriminasi pun menjalar. Bahkan lebih cepat daripada virus korona sendiri. Sungguh luar biasa kekuatan media sosial. Virus korona yang menyebar lewat udara kalah cepat dengan penyebaran lewat jaringan data. Menurut saya, virus jenis ini jauh lebih mematikan. Virus ini tidak kenal musim, atau tidak pandang bulu, suku, ras, agama dan golongan. Orang sehat pun banyak yang terjangkiti ketika otak dan kesadarannya sakit.

Marilah kita mengobati penyebaran virus kebencian dan rasisme itu dengan virus kebenaran dan kebaikan. Keduanya sama-sama membawa nama Tuhan juga. Mari kita sebarkan virus karunia, bukan virus korona. Karunia merupakan anugerah Allah yang diberikan untuk menjalankan kebaikan dan belas kasih kepada semua ciptaanNya.

Kalau WHO menamai virus korona dengan COVID-19, saya ingin menyebarkan virus kebaikan bernama VIKEB-20 (Virus Kebaikan di 2020). Tidak perlu lagi masker untuk VIKEB-20. Justru muka tidak boleh ditutup agar mulut menyunggingkan senyum. Senyum konon dianggap sebagai garis lengkung yang meluruskan. Ketika kita menebar senyum, maka kita sedang menyebarkan wabah kebaikan. Virus korona pun akan kalah dengan virus kebaikan. Viralkan segala kebaikan dan cinta kepada semua orang melalui media sosial. Daripada kena denda Rp 1 miliar, lebih baik mengeluarkan Rp 10 ribu untuk membeli paket data dan menebarkan virus kebaikan. *** (Leo Wahyudi S)

Photo credit: kalteng.antaranews.com

5 thoughts on “Inspiration

Add yours

  1. Mantap bro….semoga menyadarkan banyak saudara pada hati nuraninya yg terdalam…di sana hanya ada kebaikan…

    Like

Leave a comment

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑